March 2016



                                       Mahkotaku  perisaiku

Karya  :  Arina Hunafa Qudsi
 
      Pagi hari yang cerah.secerah mentari pagi ini yang menyinari dunia.hari ini,hari yang paling spesial bagi nina.nina,nama panggilan dari nama nina nazrina ini mengawali hari baru. Yakni ke sma.
      Nina ini orangnya sederhana,gigih,tekun dan penuh tanggung jawab.
Nina kini hidup bersama ibu dan adiknya setelah di tinggalkan oleh ayahnya. Ayahnya telah meninggal dunia sejak dia berumur 11 tahun.
      Setelah mengalami senang sedihnya di pesantren selama 3 tahun,kini nina di ajak berhijrah oleh ibunya ke tanah jakarta.di tanah itu lah nina di uji kembali keimananya untuk bisa menghadapi banyaknya perbedaan agama.
     “kepada seluruh peserta mos,di harapkan segera berkumpul di lapangan.yang masih di kantin atau di taman harap bergegas ke lapangan sekarang!1…..2….” ujar para osis dengan menghitung ala militer.
       “huuuuu….h…. waaa….h ye……aaahhhhh.” Sorak para peserta mos dengan suara terburu-buru. Suara antusias bergelegar di arena sekolah.
        “teeeee……….t”
Bel pun berbunyi,peserta mos bun berkumpul di lapangan.
       Apel pun di mulai.panas,lelah,letih,haus dan rasa menyendiri yang kini di alami nina.
      Nina sedari dulu di kenal mempunyai sifat pendiam,terkadang tegas.dia sedikit sekali  ketika berbicara.cerdas,murah senyum dan baik hati.juga cantik.tetapi,dengan segala kelebihan yang di milikinya,ia tetap saja merasa rendah hati. Di banding dengan tuhannya,dia tak ada apa apanya.
       Tiba-tiba seorang wanita bermata agak sipit tanpa berhijab dengan pakaian kemeja bercelana levis menghampiri nina.
       “permisi,…kamu sendiri aja?”
      “iya.”
      “kenalin,aku maria clasantia,biasa di panggil maria. Kamu siapa?”
      “a..ku nina nazrina. Biasa di panggil nina.” Jawab nina dengan nada gugup.
      Nina pun terhening sejenak seraya bergumam dalam hati. “nama yang unik.tetapi seperti logat agama cristiani. Ya….h,sudahlah nin. Kita ini kan satu dalam bhineka tunggal ika. Toh,bergaul dengan siapapun boleh. Asalkan jangan terbawa olehnya.”
     “nina,kamu pendatang ya?” tanya maria
     “e..m. iya. Kok kamu tahu.”
      “kamu lulusan pesantren ya. Kamu asli orang mana?”
      “ya,aku lulusan pesantren mar. aku asli orang subang.”
      “oh…subang. Aku juga punya om di sana. Tetapi entahlah daerahnya di mana. Aku lupa.”
       Apel pun selesai. Nina dan maria pun berpencar mencari nama masing masing yang telah di pasang oleh anggota osis di kelas yang akan mereka tempati.
      “nin….,kita satu kelas. Sini…nin.” Teriak maria
       “haaa…h. iya,mar.”
       Nina dan maria pun satu kelas. Bahkan satu meja bersama.
Nina pun merasa minder. “ minim skali orang yang memakai hijab di sini.lalu kelihatanya,mereka tergolong sebgai orang yang punya. Bahkan hampir semua. Astaghfirullahal’adziim… bicara apa aku ini. Allah lah yang maha kaya dan memberikekayaan nin.” Ujarnya dalam hati
        “hay maria. Loe di sini.” Tanya yoseph. salah satu teman yang pernah satu sekolah dengannya.
       “hey,iya. Kamu di sini juga.”
      “orang itu pun tepat sekali duduk di belakang kursi maria. Maria pun memperkenalkan yosephpada nina.
     “oh,ya. Seph,kenalin ni. Ini nina. Dan nina,ini yoseph, panjanganya ayodha yoseph.”
     Yoseph pun memandang nina dengan pandangan sinis seraya mengulurkan tangannya pada nina.tetapi nina pun menghindar.
      “lohhh,kenapa?ada yang salah dari gue. Oh ya,ya. Dari pakaian nya aja udah keliatan. Loe lulusan pesantren ya.”
      Yoseph tlah lama di kenal oleh maria.jadi,tak asing lagi maria mengetahui sifat-sifat yoseph.
      Bel istirahat pun berbunyi. Maria dan nina pun pergi ke kantin. Tiba-tiba yoseph menghadang di belakang pintu.
     “yoseph,apa-apaan sih kamu. Minggir ngga. Dari dulu sampai sekarang,masih aja nggak berubah.” Uajr maria dengan nada marah
       “heh mar. awas ya,loe di hasud sama ntu anak.gue muak liat orang so alim tuh.”ujar yoseph
         “nghomong apaan sih kamu. Hanya masalah sepele aja di gede-gedein. Ini tuh negara indonesia. Negera yang mempunyai ham. Kmu siapa coba maen ngatur-ngatur segala.” Jawab maria.
       “arrrrggh….trsrah loe  aja deh.”jawab yoseph dengan nada kesal
       Lalu,yoseph pun minggir. Maria dan nina pun peri ke kantin. Setiba di kantin,maria pun bercerita.bla…bla..bla.
      “nin,maafin yoseph ya tadi. Emang dia  gitu orangnya. Kasar,blagu,sombong. Ya emang itu watak dia. Dia asli keturunan batak. Ya semoga kamu mau menerima perbedaan sifat ini.”
       “iya mar,aku dah ngerti kok. Aku sering di latih kaya gituan. Malah dalam satu lantai dan atap. Pas waktu di pesantren.” Jawab nina dengan nada lembut.
       Bel masuk pun berbunyi. Mertekapun masuk ke kelas. Setelah bla…bla…bla. Mereka mengikuti pelajaran,bel pulang pun berbunyi. Maria dan nina pun pulang bersama.
      Ketika di depan gerbang terdengar suara klakson mobil.
     “ti…..n. tiiiiin.”
      “nah,itu mobil aku. Ayo nin naik. Aku antarkan kamu sampai rumah.”
      Nina pun terdiam. Mana mungkin orang seperti nina yang biasa jalan kaki,hidup pas-pasan rumah sederhana ini menaiki mobil se mewah ini.
      “nin,kok ngelamun. Ayo naik.”ujar maria
      “ehmmm,nggak usah mar. ngerepotin banget.”
      “sssttt, udah ayo naik.”
       Nina pun menaiki mobil tersebut. Sesampainya di rumah nina,maria pun terkejut. Apa benar ini rumah nina. Dengan berdindingkan bilik dan beratapkan genteng yang separuh retak. Dia masih tak percaya. Masa nina bisa bersekolah di sekolah umum yang elit itu.
      Keesokan harinya,maria pun membawa uang dengan jumlah yang cukup besar. Untuk di berikan kepada nina. Sungguh bertolak belakang skali kehidupan nina dan maria. Tetapi,maria tak seperti kebanyakan anak orang kaya pada umumnya. Maria tak memiliki sifat sombong. Dan dia sangat berbaik hati pada semua orang. Dia slalu menekadkan dalam hatinya. Dalam agama yang di anutnya (christiani) jika seseorang mempunyai harta,maka orang itu harus berbagi. Dan dia mempercayai tuhannya akan melipat gandakannya.
       “nin,ini ada sedikit uang buat kamu. Mohon di terima ya. Tapi,aku pesen. Ini untuk membangun rumahmu.” Ujar maria dengan nada pelan berbisik ke telinga nina.
      Nina pun heran. Mengapa tiba-tiba maria memberikan uang yang cukup besar padanya.dia mengira pasti akibat maria melihat rumahnya.
      “m…akasih mar,ngga usah. Takut ngerepotin.”
      “ii…h. nggak kok,terima ya,please.” Bujuk maria
       Nina pun terdianm dan merasa ragu atas uang itu. Yang menjadi problematika nya,mereka berbeda agama. Dalam islam,boleh tidak menerima uang dari non muslim.
      Lalu,nina pun terngiang pada guru di pesantrennya. Ada hadist yang mengatakan. “nabi saja berdagang dengan non muslim berarti nabi menerima uang dari non muslim.” Akhirnya nina pun memutuskan untuk berhusnudzon kepada maria dan percaya bahwa rizki yang di berikan itu dari Allah swt. Karena segala sesuatu itu tergantung niatnya.
       “ya,ini. Aku terima. Makasih ya.”
       “nah,gitu donk. Ya,sama-sama”
       “oh ya. Nin kalau butuh apa-apa. Bilang aja ya,ke aku.”
        “oh ya,nin kamu kok bisanya bersekolah di jakarta,kenapa?”  sambung maria.
       “ehm…m..m anu. Nggak kok ng..ga kenapa kenapa.” Jawab nina dengan nada gugup.
       “udah,biasa aja. Ceritain ke aku.”
       “ya,awalnya sih sejak ayah ku meninggal. Jadi ibu lebih memilih pekerjaan di kota.kebetulan aku mendapat beasiswa siswi teladan. Hadiahnya uang dengan nominal yang cukup besar.”
       “ohhh,gitu.”
      “terus,aku boleh nanya ngga,emang dalam islam, harus ya memakai kerudung?”
       “nggak kok,kata syapa?. Yang di wajibkannya itu adalah menutup auratnya,bukan memakai hijabnya.”
       “terus manfaatnya apaan sih?”tanya maria dangan raut wajah penuh tanda tanya.
        “ ya, banyak.contohya kerudung. Kerudung inibisa melindungi kita dari panasnya matahari yang bisa merusak kulit kepala. Dan contoh lain dalam islam seperti memakai rok panjang dan baju lengan panjang. Bisa melindungi kita dari sinar UVA dan UVB yang bisa merusak kulit tanpa memakai lotion.”
        “heheehe,unik juga ya.”
        “memang,dalam islam itu setiap kegiatannya pasti ada manfaatnya. Contohnya wudhu & shalat. Wudhu itu untuk membersihkan badan dari kotoran dan debu. Sedangkan shalat adalah olahraganya.karena kalau shalat kan tubuh kita gerak semua.” Ujar nina
       “oh…pantesan. Aku sering nengok ke masjid. Orang islam tuh apa-apaan sih memuja tuhanya dengan jungkir balik kaya gitu. Oh,ternyata itu shalat toh.”
       Kemudian,setelah maria bertanya panjang lebar seperti itu. Ingin mengetahui lebih banyak tentang islam. Nina pun berdo’a dalam hatinya.
      “ ya Allah, hidayah itu datang dari mu. Maka dari itu,berikanlah anugrah dan hidayahmu ya rabb,agar maria mengikuti jalan yang lurus dan benar. Yaitu ke jalan mu ya rabb.”
     Pada waktu itu,kebetulan guru sedang mengadakan rapat. Jadi, pelajaran di tunda .mulai aktif setelah istirahat. Lalu, ketika mereka sedang asyik berbincang, tiba-tiba yoseph datang.
      “ eh orang udik. Loe nggak mau kan terkucilkan di sini. Liat tuh. Hampir semua orang nggak pake jilbab. Maka dari itu. Buka aja gih,sono.”
      “yoseph,apa-apaan sih kamu. Keliatannya tuh kesellll banget sama nina. Emang salah dia apa ke kamu.emang apa sih salahnya nerima perbedaan. Toh indahnya hidup itu karena banyak perbedaan.banyak warna,banyak cerita. Lalu, negara indonesia ini adalah negara yang memiliki ham. Jadi, setiap orang bebas berkarya dong dan memilih apa yang di kehendakinya lah. Jangan sok nguasa deh!”
Jawab maria dengan nada kasar,menyentak dan sangat marah.
      “ehmm… maaf sebelumnya, sampai kapanpun juga,aku ngaak bakalan mau melepas mahkota ku. Mahkota ku adalah perisaiku. Gimanapun juga dia suatu penghormatan bagi ku. Dalam situasi apa pun aku nggak bakal mau kehilangan kehormatan ku.” Jawab nina dengan nada tegas.
       Mentari siang tlah lenyap di gantikan oleh sang rembulan. Yoseph menyendiri di kamar. Seraya terngiang-ngiang ucapan yang di ucap maria tadi siang.seraya terucankan kata dalam hatinya.
      “iya,yah. Bener juga yang di ucapkan maria tadi siang. Hidup itu berwarna karena adanya perbedaan. Dan kehidupan itu akan bisa berjalan lancar jika kita saling cinta damai.”
      Keesokan harinya,yoseph pun tersadar dan meminta maaf kepada maria dan nina, juga kepada teman-teman yang lain. Atas segala kecerobohannya,kekasarannya,kenakalannya, kesombongannya dan kesalahan yang lainnya.
      Tak terasa tiga tahun tlah mereka lalui. Sekolah mereka mengadakan acara perpisahan beserta pestanya. Semenjak yosep mengakui segala kesalahannya, yoseph kini bergabung menjadi sahabat nina dan maria. Dia memahami banyak hal darinya. Terutama dalam segi kehidupan.” Betapa indahnya perbedaan. Hidup tak akan lengkap tanpa perbedaan.” Motto itulah yang kini tertancap di hati yoseph.
     Selain yoseph,ada pula teman sekelas mereka yang ingin bergabung dengannnya. Yang mempunyai sifat humoris,gesit dan banyak akal. “chloe de nesya” namanya. Dia berasal dari agama budhisme. Dia juga pendatang seperti ninia. Dia berasal dari surabaya.
     Mereka pun merundingkan. Akan kemanakah mereka melanjutkan sekolah setelah mengennyam pendidikan sma. Yapss….tepat skali. Mereka memilih kuliah.
     Di jenjang perguruan tinggi ini,mereka di uji. Seberapa besar pertahanan persahabatan mereka.mereka di takdirkan dengan berbedanya perkuliahan. Mereka berpisah saat ini. Berpisah dengan artian tujuan dan keinginan yang berbeda. Maria dan yoseph lebiih memilih kuliah di jakarta. Tetapi,nina lebih memilih di bandung. Dan chloe di daerah asalnya yakni surabaya.
     Mereka pun berunding,kapan mereka bisa berkumpul tepat waktu itu.
Walaupun berbeda perkuliahan,bukan berarti mereka berpisah untuk selamanya. Melupakan masanya di putih abu-abu. Akan tetapi ini berartian jeda sejenak untuk tidak saling bertemu.
      Walaupun mereka di halangi oleh jauhnya jarak. Itu tak menyurutkan semangat mereka untuk bertemu,bertatap muka satu sama lain.mereka pun tak ketinggalan berkomunikasi dengan berbagai alat elektronik yang canggih itu.
      Beberapa tahun kemudian,ketika mereka satu sama lain libur kampus. Mereka merencanakan membuat acara reuni kecil-kecilan. Yakni memuncak.
       Mereka pun menyepakati hal itu. Mereka satu sama lain merasa semangat dan tak peduli jarak yang akan di tempuh. Seberapa jauh jarak yang ingin di tempuh mereka,tak akan menghalangi semangat mereka untuk bertemu.
       Mereka pun menyepakati berkumpul di taman sekolah mereka dulu. Yakni di sma.
        Tiba-tiba nina terkaget.yang datang paling awal adalah maria.
        “ma..ri…a….” teriak nina secara antusias.
        “ni…na…..”
         Kemudian,di sambung oleh kedatangan chloe.
       “ni…na, maria….”
      “hey… chloe.”
       Mereka punberpelukan satu sama lain.mereka hanya menunggu satu kawan lagi. Yakni yoseph.
       Tiba-tiba,terlihat agak jauh dari pandangan mata. Terlihat seorang pria memakai celana hitam dan baju koko. Lambat laun…semakin deka..t. ternyata itu adalah yoseph.
       Maria,nina dan chloe pun terkejut atas hijrahnya yoseph masuk islam.
       “yose..ph…” teriak mereka bertiga dengan rasa penuh kebahagiaan
       “ha….y.” jawab yoseph dengan wajah bahagia pula.
       “subhanallah…. Apa bener ini kamu, yoseph.” Tanya nina
       “iya nin,makasih ya atas  semua pelajaran dari kalian,terutama dari nina. Aku belajar banyak hal dari mu nin. Sehingga aku tersadar.menjadi seperti ini. Mulai sekarang,kalian jangan memanggilku dengan sebutan yoseph lagi ya. Tetapi zainal. Nama ku di ganti setelah aku masuk islam menjadi Moh Zainal Abidin.”
        “ok,deh zainal.”
        Mereka ber empat pun duduk bersama di taman sekolah. Kebetulan,sekolah sedang libur waktu itu.
        Mereka pun flash back dan bernostalgia tentang masanya di putih abu-abu.
Kini mereka menjadi sahabat yang paling klop.mereka belajar banyak hal dari satu sama lain. Mereka memahami perbedaan dalam kehidupan. “perbedaaan dalam kehidupan itu indah. Jika tak ada perbedaan,hidup tak akan berwarna. Jika tak berbuat kebaikan,hidup tak akan bermakna. Jika tak ada kasih sayang, hidup tak akan mempunyai rasa. Cinta damai,rukun dan saling percaya kepada sesama dan umat berlain agama.”
        Itulah motto yang di tancap dalam hati mereka kapanpun,di manapun dan kepada siapa pun.
Kini mereka hidup rukun dan cinta damai.





















                                              



Membangun Pelajar NU Berkarakter Toleran dan cinta damai
“Ketika Tuhan Menjadi 3”
Di pagi yang yang cerah ini, seperti biasanya aku menjalani rutinitasku seperti sekolah. Aku berangkat dengan sepedaku tersayang yang telah menenemani hari-hari ku, aku sangat menikmati udara yang sejuk saat perjalanan ke sekolah. Tidak terasa aku telah sampai didepan gerbang sekolahku, saat aku ingin memarkirkan sepedaku, aku bertemu dengan dua sahabatku Bahrul Ulum dan Heru. Dan namaku sendiri Abu Khafsin Almuqtafa sering dipanggil Tafa cukup keren kan namaku hehehe…. Kami sudah bersahabat saat kami masih duduk dibangku kelas 1 SMP dan sekarang kami sudah kelas 3 SMP. Kemudian mereka mendekatiku.
“Hey Taf kamu baru datang?” seru Ulum.
“Iya, aku baru aja datang”
“Ya udah kita ke kelas aja yuk” ajak Heru.
Saat kami berjalan menuju kelas, kami sempat ngobrol-ngobrol tentang Ujian Nasional. Aku terkejut saat heru mengatakannya.
“Eh Taf, Ujian Nasional akan dilaksanakan dua minggu lagi” ujar Heru.
“Wah yang bener kamu kok aku gak tau sih” dengan raut muka khawatir dan kaget.
“Ya kamunya aja gak pernah liat pengumuman yang ditempel dimading kemarin”timpal Ulum.
“Yakan kemarin aku pulang duluan, jadi mana aku tau”.gerutku sambil masuk ke kelas. Disusul dua sahabatku.
Kemudia bel masuk pun berbunyi seluruh siswa memasuki kelas masing-masing dan tak lama kemudian guru Bahasa Indonesia masuk ke kelas, beliau adalah wali kelas kami. Sebelum memulai pelajaran Ibu guru menyampaikan pengumuman tentang Ujian Nasional.
“Anak-anak dua minggu lagi kalian akan mengikuti Ujian Nasional. Ibu harap kalian mempersiapkan dengan semaksimal mungkin agar kalian bisa lulus dengan nilai yang memuaskan dan jangan lupa jaga kesehatan juga”.

Kemudian teman-teman ku pada protes.
“Bu kenapa cepat banget kan baru aja kami selesai ujian praktik koku dah mau Ujian Nasional aja, apa gak salah Bu?” ujar temanku sambil bertanya-tanya.
Komentar salah satu teman kelasku ini di susul dengan suara teman-teman yang mengiyakan salah satu komentar teman kelasku ini.
“Iya…iya…iya…bu bener tu!” suasana kelas pun menjadi gaduh.
“Udah-udah jangan pada protes, ini kan udah ketentuan dinas pendidikan jadi kalian tinggal ikutin dan persiapin belajar yang benar biar nanti bisa lulus dengan nilai yang memuaskan dan kalian juga bisa masuk ke sekolah yang kalian igninkan buakan” kata ibu guru.
“ Tapi bu, kan kami butuh istirahat dulu untuk memfeskan otak kami dulu” ujar Ulum dengan nada mengeluh.
“Iya, tapikan habis Ujian Nasional kalian akan bebas. Jadi kalian bisa memfreskan otak, buat sekarang mah belajar aja yang bener buat persiapan Ujian Nasional”. Kata bu guru dengan lemah lembut. Dan akhirnya kelas pun kembali tenang dan kami pun melanjutkan belajar.
Tidak terasa bel istirahat pun berbunyi, seluruh siswa berhamburan keluar. Ada yang pergi ke kantin untuk membeli makanan atau hanya sekedar beli minuman dan sambil ngobrol-ngobrol, ya termasuk aku dan dua sahabatku. Kami pergi ke kantin untuk membeli makanan dan minuman sambil ngobrol membahas masalah Ujian Nasional tau.
“Taf kamu kok tadi dikelas diem aja sih?” ujar Ulum sambil bertanya-tanya.
“Ya terus aku harus gimana” sambil meminum jus mangga yang tadi dipesan.
“Yakan biasanya kamu paling semangat kalau masalah-masalah protes gini”
“Gimana ya? Percuma aja kalau aku protes juga gak bakal di undur Ujian Nasionalnya dan akan tetap akan dilaksanakan dua minggu lagi, yakan?”  kataku.
“Iya juga sih,ya udahlah yang penting kita belajar yang serius aja, ok!”
“Udah jangan ributin masalah Ujian Nasional mulu. Mending makan dulu tuh baksonya”. Kata Heru sambil memakan baksonya.
Tenyata bel masuk berbunyi, akhirnya aku dan dua sahabatku langsung bergegas masuk ke kelas. Setelah sampai dikelas aku langsung duduk ditempat dudukku, kebetulan duduk didepan kami. Suasana kelas sedikit gaduh ada yang ngobrol, membaca novel, ada yang nulis-nulis dipapan tulis, dan ada juga yang tidur, dan aku sendiri masih memikirkan masalah Ujian Nasional, entah apa yang membuatku memikirkan Ujian Nasional?. Dan kebetulan juga gurunya gak masuk soalnya lagi rapat buat persiapan Ujian Nasional. Ada aja yang bikin terkejut, lagi enak-enaknya ngelamun eh Heru malah ngagetin.
“Eh Taf kamu kenapa ngelamun gitu, mikirin apa sih? Mikirin masalah Ujian Nasional?”
“Iya ini gak tau kenapa, aku kok jadi takut ya buat menghadapi Ujian Nasional, yang tinggal dua minggu lagi”. Kataku.
“Kenapa harus ditakutin yang penting kita menjawab soalnya yakin dan kita udah belajar. Apalagi yang harus ditakutin?”
“iya sih tapi takut aja, takut nilainya gak memuaskan “ dengan nada yang pelan agak sedikit ketakutan.
“Udahlah jangan ditakutin, tinggal kita belajar, pasti semuanya akan terasa mudah” ujar Heru meyakinkan.
Bel pulang pun berbunyi.
Aku siap-siap membereskan buku dan kemudian begegas untuk pulang. Seperti biasanya aku pulang bersama dua sahabatku Ulum dan Heru, kami selalu pulang bersama sambil bersepeda ya walaupun nanti ditengah-tengah perjalanan kami pisah, kebetulan arah rumahku dan kedua sahabatku berbeda jalan(gang).

                       


Akhirnya tidak tersa hari yang mendebarkan pun datang, ya hari ini adalah hari dimana hari akan dibacakan hasil kelulusan setelah dua minggu lalu kami menjalani Ujian Nasional dan telah selesai akhirnya hasil kelulusan pun akan dibacakan juga. Aku takut aku tidak lulus, sedangkan dua sahabatku Ulum dan Heru kelihatannya tidak setakut aku
“Tafa kamu kenapa koq keliatannya tegang banget?” kata Ulum.
“Iya ini aku takut tudak lulus” jawab Tafa.
“Ya ampun udahlah yakin aja kita pasti lulus ko, jangan pikirin kita” ujar Ulum.
“Aku yakin ko kalau kita bertiga pasti lulus ko” kata Heru dengan penuh keyakinan.
Akhirnya dibacakan juga hasil kelulusan itu dan satu per satu dari nama kami disebutkan.
“Amel lulus dengan nilai…..”
“Ahmad lulus dengan nilai…..”
“Rista lulus dengan nilai…..”
“Heru Arnadita lulus dengan nilai….” Heru pun tersenyum lebar.
“Indra lulus dengan nilai…..”
“Bahrul lulus dengan nilai…..”
“Ulum lulus dengan nilai…..”
“Dan yang terahir Abu Khafsin Almuqtaf lulus dengan nilai terbaik” aku pun terkejut bercampur bahagia, serentak semuanya tepuk tangan dam kemuadian HEru dan Ulum pun mengucapkan selamat dan disusul teman yang lain. Guruku kemudian aku dan sahabatku pun pulang, kami mulai sibuk mencari sekolah-sekolah favorit untuk melanjutkan pendidikan kami.



Dan akhirnya aku diterimana di sekolah yang berbasis NU, Ulum diterima disekolah yang berbasis Muhammadiyah, dan Heru diterima disekolah SMAN umum. Ya maklumlah Cuma Heru yang tidak bersekolah yang berbasis islam karena kami dan Heru berbeda keyakinan tapi walaupun begitu kami saling menghormati.
Waktu liburan pun berakhir sebelum kami mulai masuk sekolah. Selama liburan kami menghabiska waktu bertiga karena kami tahu kalau nanti kita mulai berangkat sekolah pasti kami disibukan dengan tugas dan kegiatan-kegiatan sekolah, makanya sengaja kita menghabiskan masa sekolah untuk bermain, jalan-jalan dan melakukan hal-hal yang positif.
Kemudian kami pun mulai berangkan sekolah lagi tapi sekarang berbeda suasananya, teman-teman pun baru dan satu lagi, ya kami bertiga tidak satu sekolah, walaupun kami belum terbiasa tapi nanti juga akan terbiasa, walaupun seperti itu komunikasi kami masih berjalan dengan baik.

Suatu hari dirumahku mengadakan acara syukuran, aku pun mengundang sahabatku Ulun untuk mengikuti tahlilan bersama, walaupun begitu aku juga mengajak Heru ya walaupun notabennya bukan seorang muslim. Tapi saat itu dia menolak karena ada urusan dank u berharap semoga Ulu hadir dan mengikiuti tahlil bersama dirumah ku. Acara pun dimulai dari acara pembukaan, sambutan, tahlil, doa, dan makan-makan, tapi ko yang bikin aku aneh kenapa ULun tidak datang?  Kenapa sih dia tidak datang-datang.
Acarapun selesai tetapi Ulum tidak benar-benar datang aku kecewa sama kenapa mereka jadi ko kaya gitu sih. Mereka disibukan dengan kegiatannya masing-masing, sejak saat itu Ulum juga jadi susah untuk dihibungi.

Beberapa bulan kemudian Ulum dan Heru datang kerumahku
“Assalamu’alaikum” kata Ulum sambil mengetukan pintu,
“Iya, wa’alaikum salam” jawabku dan aku langsung bergegas membukakan pintu.
Aku tahu kalau itu Ulum Dan Heru, kemudian aku persilahkan merekan untuk duduk, kemudiana aku mengambil minuman dan makanan ringan untuk hidangan mereka, setelah itu aku membawa minuman dan makanan langsung ku persilahkan mereka untuk mencicipinya
“Ayo silahkan Her Lum dicicipi dulu?”
“Iya Taf tidak usah repot-repot” jawab Ulum.
“Iya Taf” kata Heru.
Kemudian aku pun bertanya tentang kejadian bebarapa bulan yang lalu kepada Ulum.
“Lum kenapa kamu tidak datang diacara tahlilan dan akhit-akhit ini kamu juga susah dihubungi’
“Iya Taf Keyakinan ku tidak dianjurkan untuk tahlilan” kata Ulum.
“Ya paling tidak dating atau kasih kabar”
“Gimana ya, orang dikeyakinan ku tidak di menganjurkan, terus aku harus gimana?”
“Ya tapikan apa salahnya kamu datang walaupun tidak ikut tahlil” jawab Tafa sedikit kesal.
“ Ya aku juga ingin datang tapi dikeyakinan ku tidak di anjurkan” jawab Ulum.
“Yaudah terserah kamu lum, kamu jadi berubah memenjak kamu sekolah yang berbasis muhammadiyah, biasanya kita bersama-sama mengikuti tahlil dan itu tidak menjadi penghalang eh tapi semenjak kamu masuk di sekolah itu kamu jadi kaya gini” aku pun jadi kecewa dan kesal dengan sikap Ulum.
“Eh ko kamu jadi ngomonginnya kaya gitu sih, asal kamu tahu ya Taf ini adalah kepercyaan di aliranku, memang dulu kita selalu mengikuti tahlil bersama, tapi sekarang kita beda aku milih keyakinan ku sendiri dan kamu juga milih keyakinan ku sendiri dan satu lagi jangan bawa-bawa nama sekolahku karena aku seperti ini karena kemauan ku sendiridan keluargaku mendukungnya, paham!” ulum pun marah kepada Tafa, kemudian Heru melerai perdebatan antara aku dan Ulum
“Udah dong kalian kaya anak kecil aja, masa gara-gara hal sepele kalian jadi kaya gini, ah ngga asik kalian inget ngga….?” Sebelum Heru melanjutkan ucapannya Ulum memotongnya.
“Iya tau Tafanya aja masa gara-gara masalah sepele aja jadi rebut” ujar Ulum dengan tegas.
Aku masih terdiam karena masih kesal. Heru pun melanjutkan ucapanya.
“Ya udah gini aja, kalian masih inget kisah Buya Hamka dan Adam Malik. Mereka kan sama-sama orang islam walaupun merema berbeda aliran Buya Hamkah Muhammadiyah dan sedangkan Adam Malik NU tapi ketika mereka sholat shubuh berjamaah dan Adam Malik yang mengimami dan memakai Qunut, Buya Hamka mengikutinya dan sebaliknya juga, jadi mereka tidak memperdebatkan dan mereka saling toleran cinta damai dan inget satu lagi ada yang mengatakan bahwa Ikhtilaf itu rahmat, jadi kita tinggal jalani saja dan harus saling toleran, ngga inget kalo kita sahabat!”
Nasehat heru membuat aku dan Ulum sadar akan sikap kita yang tidak toleran dan cinta damai. Seharusnya aku tidak seperti itu kepada ulum.
“Ulum aku minta maaf ta tidak seharusnya aku marah dan menuduhmu” kataku dengan wajah bersalah.
“Iya Taf santai aja ya mungkin kita harus lebih dewasa lagi dalam menyikapi masalah, dan aku juga minta maaf ya” jawabnya.
“Nah gitu dogn kan enak diliatnya” kata heru
Akhirnya kita pun tertawa bersama-sama, memang Herutuh jagonya kalau buat orang yang lagi rebut jadi akur lagi, walaupun dia non muslim tapi dia jago membaca buku tentang sejarah islam.
Semenjak kejadian itu kami jadi bisa lebih toleran lagi dalam segala perbedaan dan ternyata Heru pun masuk Islam. Setelah dia menjadi seorang mualaf dia jadi rajin belajar dan memperdalam islam lagi kemudian kita pun berkumpuk bersama di rumahku untuk nyangka kalau kamu bakal jadi mualaf. Ya ini adalah anugrah terbesar yang Allah berikan lewat persahabatan ini, aku jjuga sudah tertarik sama islam dari aku kenal kalian dan bersahabat dengan kalian dari situ aku mulai suka membaca buku tentang islam, searching-serching tentang islam, ya dan akhirnya aku memutuskan untuk masuk islam walaupun tadinya keluargaku tidak mengizinkannya dan aku berusaha meyakinkan mereka, dan mereka pun mengerti dan ikut tertarik dan ikut masuk islam. Dan ini juga menjadi pelajaran buat kita bahwa perbedaan itu bukan penghalang buat kita bersahabat.
Semenjak itu kami lebih mendekatkan diri kepada Allah dan belajar menjadi pelajar yang berkarakter toleran dan cinta damai.




Author Name

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.