Rencana Strategi PC IPNU-IPPNU Kab Cirebon sebagai
bahan pembahasan menuju Musyawaroh Cabang.
I.
Mukaddimah
Ikatan
Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) adalah organisasi yang berada di bawah naungan
jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU). IPNU merupakan tempat berhimpun, wadah
komunikasi, aktualisasi dan kaderisasi Pelajar-Pelajar NU. Selain itu IPNU juga
merupakan bagian integral dari potensi generasi muda Indonesia yang
menitikberatkan bidang garapannya pada pembinaan dan pengembangan remaja,
terutama kalangan pelajar (siswa dan santri).
Secara
garis besar hal ini pun senafas dan sefemahan dengan apa yang terjadi dalam
tubuh PC IPNU-IPPNU Kab Cirebon. Usaha untuk kongkrit yang sudah dilaksanakan
dengan melakukan langkah-langkah progfesif-strategis dalam mengawal dan
mengembangkan Ideologi Ahlu Sunnah Wal Jama'ah ala NU baik dalam ranah kultural
maupun struktural pengupayaanya ialah dalam bentuk kaderisasi bagi pelajar yang
mempunyai latar belakang NU.
Menyaksikan
berbagai macam kegiatan serta daya jelajahnya, PC IPNU-IPPNU Kab Cirebon
benar-benar menjadi jantung gerakan atas pemahaman Ke-NU-an yang menyasar bagi
pelajar. Hal ini terlihat jelas dengan luasnya areal pengembangan PC IPNU-IPPNU
Kab Cirebon. Sejumlah PAC, Ranting, Komisariat yang terbentuk dari berbagai
daerah dan sekolah menunjukan hal itu. Akan tetapi dalam realistis
keorganisasianya masih belum tertata dengab baik, hal ini terjadi lantaran
belum maksimal pengupayaan dalam tata kelola Organisasi. Hal inilah yang akan menjadi pokok pembahasan
juga sebagai pokok pikiran awal dalam menyusun Rancangan Strategi PC IPNU-IPPNU
Kab Cirebon.
Rencana
Strategi PC IPNU-IPPNU ini disusun dengan maksud agar setiap aktivitas IPNU
senantiasa dilandasi oleh nilai-nilai perjuangan dan pengabdian; hal ini
sebagai upaya peningkatan kapasitas pengorganisasian dalam mengembangkan
IPNU-IPPNU sebagai jembatan kaderisasi bagi penguatan pemahaman ke-NU-an di
Kabupaten Cirebon.
II.
Latar Belakang Masalah.
Dalam peta
ke-NU-an. Cirebon menjadi daerah yang selalu diperhitungkan untuk mengembangkan
roda Organisasi NU baik dalam wilayah struktural maupun kultural. Hal ini wajar
karna Cirebon mempunyai pengaruh sejarah kuat atas berjalanya NU sebagai
organisasi dari masa ke masa, disamping itu yang menjadi nilai potensialitasnya
ialah sumber daya NU yang berada di Cirebon begitu mengakar, tentu saja dengan
terdapatnya Pesantren-pesantren legendaris seperti Buntet, Gedongan, Kempek,
Arjawinangun, Babakan, serta penguatan tradisi ke-NU-an yang juga memiliki
nilai tawar pada masyarakat Cirebon sendiri.
Maka
sudah sepatutnya bila kita meneropong secara kritis akan perkembangan NU di
wilayah Cirebon dengan pengupayaan-pengupayaan sistematik untuk
mengaktulisasikan peranan IPNU-IPPNU sebagai basis kaderisasi NU.
Secara
prosedural Prosedural Renstra (Rencana Strategi) merujuk pada Peraturan
Organisasi dan Pedoman Administrasi PP IPNU BAB 1 prihal Ketentuan Umum Pasal
1. Ayat 23-25 yang membahas tentang:
23. Up-grading adalah
pelatihan yang khusus
ditujukan untuk meningkatkan kesiapan
dan kemampuan pengurus
untuk mengelola organisasi dan melaksanakan program.
24.
Perencanaan program adalah
proses merumuskan dan menyusun
program kerja, dengan
memperhitungkan sumberdaya yang tersedia.
25.
Strategic planning, selanjutnya
disebut SP, adalah
sebuah metode untuk melakukan
perencanaan program strategis dengan mendasarkan
pada visi, masalah
maupun peluang yang ada.
Sejauh
yang kita pagami lebih mendasar bahwa basis utama generasi muda menyasar pada
tiga kalangan :
1.
Pelajar.
2.
Santri.
3.
Pemuda.
Namun
dalam dinamisnya perkembangan IPNU-IPPNU sebaga wadah kader NU belum bisa
merangkul ketiga elemen pokok itu sebagai kekuatan untuk sumberdaya sosial,
bila kita memacu pada PO dan PA IPNU. Cuman dua elemen yang memberkuat common
sense dalam paham gerkan IPNU; Pelajar dan Santri.
Penguatan
terhadap pelajar masih sebatas pengenalan faham Aswaja bagi sekolah-sekolah,
belum sampai pada titik peranan aksiologi dengan langkah kongkrit atas
pertanyaan mendasar; apakah Aswaja bisa
sebagai solusi mengatasi krisis kualitas siswa-siswi, apakah Aswaja bisa
mengawal ekrpresi siswa-siswi yang cendurung mengarah pada kenakalan remaja,
apakah Aswaja bisa mengintegrasikan nilai-nilai kultural sebagai pemahaman
mendasar untuk sikap religiusitas dengan akselerasi Ilmu Pengetahuan dan
Technologi-Informasi pada diri siswa dan siswi.
Dalan
tahapan berikutnya kita bisa mengamati perkembangan NU Cirebon tidak bisa lepas
dari peran sentral Pesantren. Banyak Kiai-kianya yang memiliki pengaruh luas
sampai tinggkat nasional. Namun hal ini tidak berbanding lurus dengan upaya
kaderisasi pada para santrinya. Selain dianggap sudah cukup matang paham
Aswajanya pesantren dinilai terbatas segala aktivitas luarnya. Maka wajar bila
terjadi jarak yang penahaman struktural antara santri dan kiai. Dalam arti yang
lain ruang gerak IPNU-IPPNU akan menjadi problem salving bagi santri didalan
pesantren, selain menjadi terapan pengembangan Aswaja pada konteks kekinian
pemahaman Organisasinya akan menempa skill dan kemampuan dengan penambahan
jejaring antar pesantren dan jam terbang yang kuat.
Salah
satu solusinya ialah dengan program Otonomi Pesantren. Setiap Pesantren atau
Madrasah dibentuk komisariat-komisariat. Program -program disediakan dari PC
dengan menyesuaikan kebijakan sesuai keadan Pesantren. Langkah ini secara
teknis tidak terlalu sulit bila disokong otoritas kiai tinggal bagaimana PC
mengawal dan mengembangkannya.
Level
ini dirasa paling sulit didongkrak, hal ini wajar karna pakem pelajar dalam
penamaan masih dominan, akan tetapi bila menelisik lebih jauh ruang gerak
IPNU-IPPNU di PAC-PAC serta ranting-rantingya ada perkembangan menarik dimana
mushola-mushola menjadi basis gerakan pemuda-pemuda NU. Hal yang sebenrnya
kalau saja disentuh dengan spektrum gerakan Struktural IPNU-IPPNU akan membawa
dentuman baru dengan daya juang serta militansi yang lebih tinggi. Akan hal ini
tinggal bagaimana PC meramu dan mengaktualisasikan saja sesuai garis besar
gerakan IPNU-IPPNU agar bisa memaksimalkan potensi terpendam tersebut.
Antusiasme
pemuda-pemudi terhadap IPNU-IPNU bukan barang baru, sebab secara ideologi
mereka mengamalkanya seiring tradisi mengakar di desanya masing-masing. Satu
kesamaan visi dan misi ideologi NU ini yang seharusnya bisa dengab program
kader lanjutan. sejauh kita pahami kenapa kader-kader NU cenderung terpusat dan
birokrasi dengan sikap pragmatisme yang akut ialah karna minimnya akan pengupayaan
basis-basis NU dikantong-kantong desa. Pemuda-pemuda desa lebih dipandang
sebagi suara penghibur serta penonton dari pada maksimalkan potensinya.
Namun
sejauh perkembanganya kita tak perlu khawatir dengan adanya rekan-rekanita PC
yang massif dan mobile di PAC serta rating agenda kaderisasi itu masih terus
berjalan dan terwakili baik disegala sektor, pelajar, santri dan pemuda. Dengan
tekad yang kuat untuk pengembangan serta rumusan bersama tentu akan ada nafas
pemikiran yang panjang untuk menyelesaikanya.
III. Maksud dan Tujuan.
Upaya
peningkatan IPNU-IPPNU ini adalah sebagai tolak ukur utama dalam mengadakan
acara tersebut. Hal ini sebagai suatu kegiataan yang bisa menjadi problem
solving atas beberapa hal yang selama ini luput serta menjadi pekerjaan rumah.
Secara
tidak langsung hasil dari Agenda Acara ini bisa menjadi bahan evaluasi dan
tajuk rencana terkait bagaimana kedepan PC IPNU-IPPNU Cirebon mengelola dan
memenejerial organisasi tersebut agar sesuai dan selaras dengab Program-program
yang selama ini digalakan baik bersifat jangka pendek maupun jangka panjang.
Dalam
pada itu, peningkatan kapasitas kaderisasi secara matang akan menjadi suatu hal
yang bisa mengintegrasikan potensi-potensi yang selama ini belum
dieksplorasikan dengan baik sehingga menciptakan pengupayaan terhadap generasi
muda NU ke depan yang lebih baik.
IV. Pengupayaan Solusi atas Penyelsaian Masalah.
Sebagai organisasi
berbasis pelajar, IPNU-IPPNU
menjadi wadah pembelajaran dan
pengembangan potensi serta kreativitas mereka. IPNU lantas
dituntut berikhtiyar memberikan
kontribusi bagi dunia pendidikan secara khusus dan kepemudaan
secara umum, hal ini menimbang keterkaitan
genealogis dan ideologis Aswaja dalam leranya sebagai pemuda dan pelajar
Pada
pokok teknisnya akan mengadakan suatu kegiatan Musyawaroh Cabang yang mengarah
pada pembenahan dibeberapa level antaranya lain ialah:
1.
Komisi Pengkatan Kapasitas
Komisi ini
akan mengupayakan secara konstruksi kebijakan dan sistem pendidikan
dan kepemudaan menjadi fokus keberpenan
IPNU-IPPNU mengingat kualitas konsep peningkatan kapasitas intelektuisme
yang secara tidak langsung berimplikasi terhadap kualitas pelajar dan pemuda.
Penyegaran Ghozwatul Fikr yang membumi tersebut dilakukan dengan
mengintegrasikan wacana-wacana yang sefanas Ke-NU-an dan Ke-indonesi-an dalam
bentuk Diskusi dan Halaqoh.
Hal ini
dirasa begitu penting jika melihat
keadaan IPNU-IPPNU yang masih minim SDM, minimal aspek ini bisa membentuk
kesadaran ideologis secara bertahap. Dengan begitu rekan-rekanita bisa
mengatahui sejauh mana pentingnya peran IPNU-IPPNU bagi masyarakat Aswaja dalam
menggerakan pada level basis-kader yang
dilakukan secara berkelanjutan. Peningkata kapasitas ini juga akan menunjang
IPNU-IPPNU dalam menentukan arah gerak berupa kegiatan-kegiatan yang sesuai
kebutuhan zamam sebab peningkatan kapasitas akan menjadi peningkatan kualitas.
2.
Komisi Kaderisasi
Komisi ini
akan membahas sejauh mana peran
kaderisasi NU. Dalam
hal ini IPNU-IPPNU berperan sebagai penyangga
struktur NU dan
pelaksana kebijakan Nahdlatul Ulama pada
segmen pelajar, pemuda dan santri. Dan
untuk melahirkan kader NU
berkualitas, berdedikasi tinggi
dan berkemampuan
multidisipliner, maka IPNU-IPPNU sebagai garda
terdepan kaderisasi NU niscaya
mampu menciptakan ruang
kondusif bagi dinamika organisatoris dan
dialektika antar kader. Dari proses yang panjang serta dinamis
ini akan menempa IPNU-IPPNU dalam beragam medan lapangan masyarakat.
Dengan
mengupayaka penataan sistem kaderisasi
keteladanan berbasis
profesionalisme dan berciri organisasi
modern harus senantiasa
dilakukan, mengingat masih banyak
‘pekerjaan rumah’ yang musti dimapankan. Penataan internal ini
dilakukan dalam rangka
beradaptasi dengan beragam tantangan dan
kemajuan zaman yang
kian kompleks. Pada
saat yang sama, formulasi sistem kaderisasi musti disempurnakan dalam
konteks rekrutmen kader yang lebih mapan dan berkualitas.
3.
Komisi
organisasi
Komisi
ini menangani model
organisasi yang meliputi
restrukturisasi pranata organisasi
secara menyeluruh dan komprehensif.
Diantaranya ialah sosialisasi secara berkelanjutan atas materi pokok Peratiran Organisasi (PO) dikalangan
grassroot ( PAC, Ranting, Komisariat). Hal ini menimbang masih minimnya
aktualisasi pemahaman organisasi pada level bawah. mematangkan pemahaman Peraturan Organisasi
yang kompregensif dan prosedural akan memberi dalam yang terarah dalam jalanya internal organisasi.
Dengan
pemahaman mendasar bahwa PO merupakan
ruh bagi keberlangsungan eksistensi organisasi,
baik dalam beragam
kinerja sistem organsasi dari pusat
hingga ranting, maupun
dalam hal merealisasi
programprogram jangka pendek,
menengah dan panjang. Tak lain ini sebagai penandasan atas
masalah-masalah internal yang lahir dari minimnya pemahaman organisasi yang
justru berujung pada ketidakjelasan
pola koordinasi antar
maing-masing bidang di dalam struktur organisasi, bias aturan yang
mengakibatkan multi tafsir, kelemahan
penjelasan cakupan dan
tanggungjawab kinerja,
hingga kelemahan teks
aturan yang kerap
sulit dipahami.
Akibatnya, realisasi
program menjadi tak
terfokus dan masingmasing
struktur terjadi tarik
menarik tugas dan
tanggungjawab. Padahal,
sebagai salah satu
sebuah acuan hukum,
PO semestinya diregulasi sedemikian
rupa kearah kejelasan
struktur dan sistem kerja
yang mapan. Disinilah,
pembahasan agenda organisasi
telah berhail merumuskan penyempurnaan
peraturan organisasi yang secara meyakinkan lebih terpola dan
tertata secara sistematis.
V.
Teknis Acara.
Pada takaran praksis pelaksanaan agenda
tersebut mesti menimbang sejauh mana kesiapan PC sebagai fasilitator serta
sebagai Panitia Pusat untuk mengawal dan melaksanakan dengan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut.
A.
Struktur Kepanitiaan
Panitia Pusat: PC.
Panitia Pelaksana: Pengurus PAC, Ranting, dan
Komosariat.
B. Pemateri
dan Peserta.
Pemateri terdiri dari PP, PW PC, serta
tokoh-tokoh yang concren dalam pengembangan kaderisasi ke - NU-an baik yang
bergerak di ranah Sturtural maupun Kultural.
Peserta terdiri dari : Anggota IPNU-IPPNU baik pada level PAC,
Ranting dan Komisariat.
C.
Waktu dan Tempat.
Prihal waktu dan tempat bersifat kondisional
sesuai dengan kesepakatan dan kesanggupan Rekan-Rekanita pada rapat-rapat
pemantapan.
VI. Penutup
Dengan penuh kelemahan diberbagai aspek
pembahasan yang disebabkan minimnya data-data baik secara literatur maupun
pengalaman pribadi yang menunjang sebagai suatu gagasan atas kemajuan bersama.
Hal ini menandaskan bahwa apa yang menjadi penguraian dari awal ini masih
bersifat Pra-wacana dan perlu nafas panjang pemikiran bersama untuk menyalurkan
solusi-solusi terbaik bagi keberlangsungan IPNU- IPPNU PC Cirebon.
Salam Takdzim.
Hasan Malawi.
Post a Comment