Walau berbeda sama-sama mengajarkan kebaikan                   
                                                                      (karya Krisdianto)

Tujuh belas tahun sudah aku hidup dilingkungan yang penuh akan perbedaan entah itu perbedaan sosial,ras,suku dan agama. Ya mungkin aku baru menyadari perbedaan ketika usiaku menginjak umur tiga belas tahun karena dimasa itu adalah masa pengalihanku dari Sekolah Dasar menjadi Sekolah Menengah Pertama, di sekolah menengah pertamalah mulai banyak perbedaan yang terjadi dilingkungan sekolah mulai dari perbedaan warna kulit,cara berbicara dan perbedaan cara beribadah,dimasa smp aku memiliki teman satu agama namun berbeda cara beribadahnya ia bernama Supriadi suatu saat ketika ada acara perkemahan sekolah aku dan supriadi satu tenda,ketika waktu shubuh tiba aku dibangunkan oleh supri untuk menunaikan kewajibanku sebagai seorang muslim.
Dengan nada yang halus ia menyadarkan tidur lelapku ‘Hei,kris waktu shalat shubuh telah tiba,cepatlah kau bangun dan bergegas ke mushola” tutur supri membangunkan ku. “Iya sup, terima kasih telah membangunkan ku” ucap aku sambil mengusap-usap mata. Tidak lama kemudian aku dan supri segera bergegas menuju ke mushola, aku sontak cemas ketika aku melihat supri ketika ia lebih memilih sholat menyendiri didepan mushola dibandingkan dengan aku yang shalat didalam mushola dan berjamaah. Seusai shalat, aku bertanya kepada  supri tentang  hal yang terjadi ini.  “Sup, ada yang inginku tanyakan kepadamu” tanyaku sambil berjalan menuju ke tenda.  “Iya silahkan tanyakan saja” jawab supri. “Aku tersentak cemas ketika melihatmu mengasingkan shalatmu dari shalat berjamaah, ada apa gerangan yang terjadi?”  tanyaku  pada supri. “Aku dan keluarga memang beda ajaran dengan layaknya muslim-muslim pada umumnya namun percayalah semua agama dan ajaran diajarkan untuk hal-hal kebaikan bukan untuk kerusuhan” jawabnya dengan lantang kepadaku.
Saat aku dan supri tiba ditenda dan beristirahat aku tiada henti memikirkan ucapan supri mengenai hal perbedaan yang ia lontarkan kepadaku “bahwasanya menurut ia semua ajaran agama mengajarkan kebaikan” aku berfikir jika semua agama dan ajaran mengajarkan hal-hal kebaikan untuk kelangsungan kehidupan didunia, mengapa, masih saja banyak kekerasan yang terjadi dengan mengatasnamakan ajaran dan keagamaan, aku tidak bisa mengerti tentang akal fikiran manusia yang mereka  fikirkan seolah dirinya paling kuasa, ajaranya paling pantas dimuka bumi bahkan agamanya paling benar disemesta alam,sehingga dari mereka  memunculkan ego dalam diri masing-masing dan tidak sedikit melukai manusia lain.
Kegaduhanku dan rasa penasaranku semakin menjadi-jadi ketika aku lulus dari sekolah menengah pertamaku dimana aku lanjut menunjang pendidikanku disalah satu sekolah kejuruan yang banyak menimbulkan kontroversi dan keresahan, banyak pihak-pihak yang dirugikan oleh sekolah kejuruan, entah apa asal mula yang membuat sekolahku menjadi sekolah yang seolah  sudah kental dengan tradisi keributan dan tawuran, aku disekolah memiliki teman yang satu jalan dengan jalan fikiranku. Farid namanya, suatu hari selepas pulang sekolah aku berjalan pulang dan  selang beberapa saat aku dan farid berjalan aku melihat sagerombolan siswa sekolah swasta yang menaiki mobil truk dan tiba tiba “Damn!!” Mereka melempari batu siswa-siswa sekolahku yang sedang bubar dari sekolah. entah atas dasar apa mereka melempari batu terhadap sekolahku. Aku dan Farid menyembunyikan diri dibalik keributan itu, selang beberapa saat Farid bertanya dengan nada yang nampak sedih “Atas dasar  apa mereka melempari sekolah kita yang tidak mempunyai salah?”. Aku mencoba jawab sembari menenangkan Farid “Setiap organisasi apalagi sekolah pasti diajarkan hal-hal kebaikan percayalah rid, hanya sebagian ada oknum  yang membuat mereka berperilaku seperti itu kepada  sekolah kita” tuturku kepada Farid. Kemudian Farid mencelah ucapanku “Lantas bagaimana sikap kita kepada mereka?” tanya Farid kepadaku. Akupun kembali menjawab pertanyaanya “ Kita harus menenangkan diri kita sendiri dan teman-teman kita rid, aku cukup  banyak memiliki teman disekolah swasta itu,suatu saat akanku coba tanyakan dalam benak mereka apa yang ada  dalam hati mereka” Farid hanya menganggukan dan menjawab ketegasanku dengan anggukan kepalanya.
Setelah sesampai aku dirumah aku berkumpul dengan cukup banyak teman-teman dari sekolah swasta yang membuat keributan disekolahku Robiya salah satu nama kawanku itu, aku bertanya  dengan sedikit canda’anku  “Rob sebenernya teman-teman kamu yang sering membuat keributan disekolahku termasuk kamu, apa sih yang membuat amarah kalian yang memicu tawuran dengan sekolahku terjadi?” tanyaku pada Robi. Dengan lugasnya Robi menjawab “Cita-cita saya adalah masuk sekolah negeri, tidak lain dari sebagian teman-teman saya merekapun sama dengan saya sehingga munculah  sifat iri dengan sekolah kamu, rasa iri dan dendam itulah yang membuat saya dan teman-teman saya selalu bertindak keras terhadap sekolahmu”.  Aku kembali menanyakan sesuatu hal kepada Robi,Aku teringat akan perkataan kawanku yang berbeda aliran agama yang menuturkan bahwasanya “setiap ajaran mengajarkan hal-hal kebaikan untuk dunia” dan atas dasar ingatan itu aku menjawab kepada Robi “Rob percayalah status sekolah baik negeri maupun swasta  semuanya mengajarkan ilmu, dan ilmu adalah suatu hal kebaikan yang  harus terus ditularkan kesetiap semua insan manusia oleh karena itu janganlah berkecil hati rob hanya karena status sekolah yang berbeda sehingga itu menjadi landasan kamu dan teman-teman kamu untuk bertindak kekerasan”terangku kepada Robi.  Dengan nada yang sangat lemah Robi menjawab “Ya,benar perkataanmu banyak diantara kakak kelasku sukses dengan karirnya mungkin hal itu menandakan bahwa status sekolah tidak mempengaruhi masa depan,terimakasih kamu telah menyadarkan saya, insya allah saya akan menularkan pengetahuan yang  saya dapat darimu kepada teman-teman saya, semoga merekapun terketuk pintu hati mereka untuk tidak lagi menanamkan rasa iri dan dendam” . Lalu aku sambil menepuk pundak Robi dan mengucapkan “Amiin”.
            Dari semua alur kehidupan itu terlihat jelas bahwasanya manusia tidak boleh mengatasnamakan Perbedaan menjadi sebuah Kekerasan, setiap insan memiliki hak untuk menganut kepercayaan dan ajaranya masing-masing selagi ajaran itu tidak melukai insan manusia yang lain niscaya semua ajaran dan kepercayaan membawa kebaikan bagi dunia dan alam semesta.
Labels:

Post a Comment

Author Name

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.